Ayu_Pedia
Rabu, 19 September 2018
Rabu, 12 September 2018
Sabtu, 22 Februari 2014
Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot
Pura
Tanah Lot merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di pulau
dewata ini. Pura ini berada di dalam wilayah desa Baraban, kecamatan Kediri,
kabupaten Tabanan, dan berjarak sekitar 33 km di sebelah barat kota Denpasar
atau berjarak sekitar 11 km di sebelah selatan kota Tabanan. Berdasarkan
asal-usulnya pura ini memiliki arti sebagai "tanah laut" atau
"tanah di laut". Kata Tanah Lot mempunyai makna dari kata
"Tanah" yang diartikan sebagai batu karang yang menyerupai gili atau
pulau kecil, sedangkan kata "Lot atau Lod" mempunyai arti laut.
Sehingga nama Tanah Lot diartikan sebagai pulau kecil yang terapung di tengah
lautan.
Pura
Tanah Lot terkenal sebagai obyek wisata di Bali karena letaknya pura yang
berada di atas batu karang di laut dekat pantai. Batu karang tersebut terpisah
dengan batu karang yang lainnya dan bilamana air laut sedang pasang maka pura
Tanah Lot terlihat seperti mengapung karena dikelilingi oleh air laut yang
berombak. Pura Tanah Lot dibangun di atas batu karang seluas ± 3 are dan dapat
dicapai dalam beberapa menit dengan berjalan kaki, karena hanya berjarak
sekitar 100 meter dari tepi pantai. Bila air laut sedang surut, pada beberapa
celah batu karang di sekitar pura Tanah Lot terdapat beberapa ekor ular belang
berwarna hitam putih yang sangat jinak dan menurut penduduk setempat bahwa
ular-ular tersebut adalah milik dewata yang bertugas sebagai penjaga pura Tanah
Lot. Menurut informasi, di sekitar pura juga terdapat mata air tawar yang hanya
dapat terlihat bilamana air laut sedang surut.
Pura
Tanah Lot adalah pura umum yang berfungsi untuk pemujaan Sang Hyang Widhi atau
Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewa Baruna yaitu dewa
penguasa laut. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat suci untuk memjua
kebesaran dan kemuliaan Dang Hyang Nirartha sebagai seorang pendeta yang
dianggap sebagai bhatara Sakti wau Rauh. Dengan demikian pura Tanah Lot adalah
tergolong sebagai pura umum yang mempunyai sifat dan karakter sebagai pura Dang
Kahyangan. Berbeda dengan pura-pura lainnya di Bali, pura Tanah Lot tidak
memiliki beberapa halaman karena dibangun pada suatu dataran batu karang yang
tidak beraturan sudut-sudut halamannya. Untuk memasuki pura harus melalui
liku-liku batu karang yang merupakan tangga-tangga naik tidak beraturan, mulai
dari sebelah utara lalu membelok kearah barat dan ke selatan kemudian harus
menaiki beberapa tangga lagi untuk sampai ke halaman pura. Pura Tanah Lot
memiliki upacara atau piodalan yang jatuh pada hari Rabu Wage Langkir yang
berlangsung setiap 6 bulan atau 210 hari sekali. Pada saat itu seluruh umat
Hindu dari berbagai daerah di Bali akan datang bersembahyang untuk memohon
keselamatan dan ketentraman.
Sejarah
berdirinya pura Tanah Lot berkaitan erat dengan riwayat perjalanan Dang Hyang
Nirartha atau yang dikenal dengan sebutan Pedanda Sakti Wau Rauh yang datang
dari Blambangan, Jawa Timur ke Bali pada abad ke-16 pada jaman pemerintahan
raja Dalem Waturenggong di Gelgel. Beliau mengadakan perjalanan suci
(dharmayatra) dengan berjalan menyusuri pantai selatan pulau Bali mulai dari
daerah barat sampai ke daerah timur. Dalam perjalanan tersebut, akhirnya beliau
sampai pada sebuah pantai di daerah Tabanan, yang tidak jauh dari desa Baraban.
Beliau melihat sebuah batu karang yang berbentuk pulau kecil yang berada di
laut. Di tempat ini beliau melakukan semadhi atau bertapa dan merasakan
getaran-getaran kesucian. Sehingga di atas batu karang tersebut beliau
menyarankan agar mendirikan bangunan suci untuk memuja Tuhan yang kemudian
menjadi nama pura Tanah Lot.
Langganan:
Postingan (Atom)